Seputar Clapperboard dan Penggunaan Clapperboard Pada Produksi Film

Penggunaan Clapperboard

Ada banyak sekali jenis shooting, salah satunya adalah Clapperboard. Alat ini bukan hanya untuk gaya-gayaan saja. Tapu memiliki peran penting di dalam proses video editing. Bagaimana cara menggunakan Clapperboard? Apa sih fungsinya? Nah, ini salah satu pertanyaan yang cukup sering ditanyakan. Tidak jarang juga orang menganggap Clapperboard hanya untuk keren-kerenan saja. Tidak banyak yang tahu betapa pentingnya papan mungil yang satu ini di dalam proses produksi film.

Jika kamu sedang melihat proses shooting film, pasti kamu pernah melihat dimana sutradara berteriak “Action!”. Tidak lama setelahnya ada seseorang yang memegang papan hitam atau putih muncul dan kemudian terdengar bunyi “Ctak!”. Clapperboard adalah sebuah papan dari bahan kayu yang digunakan untuk membantu sinkronisasi gambar dan suara serta untuk memilih dan menandai suatu adegan tertentu selama berjalannya proses produksi. Mungkin kamu bertanya-tanya bagaimana cara kerja papan kecil ini. Sebelum masuk lebih dalam ke penjelasan tentang papan mungil ini, maka penting juga untuk kamu tau setiap bagian penting yang ada di dalam Clapperboard.

Bagian Penting Pada Clapperboard

1. Judul Film

Untuk memudahkan penyimpanan dan pemindahan data, agar tidak tertukar dengan data lainnya, maka penting untuk mencatat judul film di bagian atas Clapperboard.

2. Production

Kolom yang digunakan untuk menuliskan nama tim produksi. Sehingga data siapa pemilik footage ini bisa terdeteksi dengan mudah.

3. Slate

Nomor slate adalah urutan nomor gambar tersebut diambil. Dimulai dari nomor 1 dan akan terus bertambah hingga semua gambar berhasil terambil. JAdi, jika ada nomor 420 di dalam kolom slate, itu artinya gambar tersebut adalah gambar ke 420 yang diambil selama shooting.

4. Scene

Kolom ini menjelaskan scene berapa yang sedang diambil. Kolom ini akan diisi sesuai dengan naskah. Jadi jika kita ingin mengambil scene 5 di naskah, maka tulislah angka 5 di kolom tersebut.

5. Shot

Setiap scene terdiri dari pecahan-pecahan shot. Jumlahnya tentu beragam tergantung pada kebutuhan sutradara. Kadang ada adegan yang hanya membutuhkan 1 shot panjang, tapi juga ada adegan yang membutuhkan lebih dari 10. Nah, angka-angka inilah yang dicatat di kolom shot.

6. Take

Setiap shot akan diambil berulang-ulang hingga sutradara merasa cukup dengan adegan yang diambil. Jadi, selama sutradara belum merasa cukup puas dengan adegan yang sedang direkam, maka jumlah take akan terus bertambah.

7. Nama Director atau Sutradara

Nama sutradara dicatat untuk informasi ketika post-production.

8. Nama DOP

Nama DOP juga dicatat untuk informasi ketika post-production.

9. Tanggal Shooting

Biasanya produksi film pendek diambil selama 3-4 hari, mungkin bisa kurang atau bisa lebih. Sementara film panjang bisa menghabiskan 2 minggu hingga 1 bulan, mungkin kurang mungkin lebih. Biasanya data yang direkam akan berjubel. Tanggal shooting penting dicatat di Clapperboard untuk memudahkan pendataan setelah shoot direkam.

10. Card

Di era digital, medium perekaman banyak yang menggunakan kartu, mulai dari SD Card, hingga SSD. Satu kartu hanya bisa merekam jumlah shoot tertentu, maka selama proses shooting kita akan berhadapan dengan banyak sekali kartu. Maka, penting untuk mencatatnya di Clapperboard, supaya pendataan akan semakin mudah.

11. Day/Night

Kadang adegan malam tidak selalu diambil di malam hari, sebaliknya adegan siang mungkin saja direkam di malam hari. Sehingga, penting pula untuk mencatat apakah adegan itu memang berlatar malam atau siang sesuai dengan naskah.

12. Int dan Ext

Kedua kolom ini mesti kamu pilih salah satu dengan cara dicentang. Jika proses shooting dilakukan di dalam ruangan, maka beri tanda centang di kolom Int. Sedangkan jika proses shooting dilakukan di luar ruangan, maka beri tanda centang di kolom Ext.

Mengetahui Fungsi Clapperboard

Clapperboard tidak hanya untuk gaya-gayaan dan konten Instagram saja. Terdapat fungsi yang sangat krusial. Makannya setiap shooting proyek yang besar haru melibatkan alat yang satu ini. Jika tidak, semuanya akan ribet dan tentunya akan menghambat tahapan pascaproduksi.

1. End Slate

End Slate digunakan jika angle pembuka adegan tidak mungkin disisipi Clapperboard. Atau jika ada momen yang butuh segera direkam secara cepat. Prinsipnya sama dengan sebelumnya, tapi End Slate dibaca justru setelah adegan selesai dilakukan.

Biasanya asisten sutradara yang akan memberikan aba-aba End Slate yang mengartikan bahwa Clapperboard baru akan ditepuk di akhir adegan. Perhatikan aba-aba ini dan bersiaplah dengan aba-aba “CUT!” dari sutradara.

Setelah sutradara memberi aba-aba “CUT!”, maka segeralah masukkan Clapperboard ke dalam frame dalam keadaan terbalik dan tepukkan Clapperboard tersebut. Setelah itu, bacalah informasi yang ada di Clapperboard seperti biasa.

2. Cara Menggunakan Clapperboard

Seseorang yang bertugas untuk mencatat informasi di Clapperboard disebut clapper. Biasnaya clapper ini akan bekerja dibawah Script Continuity dibawah departemen penyutradaraan. Ia akan bekerjasama dengan Pencatat Adegan/Penanggung jawab Naskah/Script Supervisor untuk mendata kesinambungan gambar. Informasi yang ditulis di Clapperboard akan dicatat oleh Pencatat Adegan dalam secarik kertas, untuk memudahkan penyunting gambar/editor dalam bekerja di post-production.

Cara menggunakan Clapperboard, pertama-tama Astrada akan memberikan perintah “SLATE IN”.

Jika kamu seorang clapper maka kamu harus responsif dengan kalimat ini. Maka peganglah Clapperboard ke depan kamera. Bukalah bagian clapnya jika dalam shooting tersebut terdapat kebutuhan untuk perekaman suara, sebaliknya tutup bagian clapnya jika tidak ada suara yang direkam.

Setelahnya, tunggu aba-aba dari asisten sutradara yang akan mengatakan “SOUND”. Setelah aba-aba diberikan, maka seorang yang merekam suara atau sound recordist akan berteriak “SPEED!” atau “ROLL!” yang mengartikan bahwa alat perekam suara berputar atau dijalankan.

Setelah mendengar itu, maka bacalah informasi sesuai dengan yang ada dalam slate tersebut, maka dari slate, scene, shot, dan take. Sebagai contoh: “Slate 231, Scene 8, Shot 1, Take 1”. Nah, jika yang sedang direkam adalah take 2 dan seterusnya, maka cukup membaca: “Slate 231, Take 2!”.

Setelah itu, tunggulah aba-aba dari asisten sutrada, “CAMERA?!”. Setelah aba-aba ini, operator kamera juga akan menjawab “SPEED!” atau “ROLL!” yang mengartikan bahwa kamera sudah merekam.

Setelah aba-aba itu, tutuplah dan tepuklah Clapperboard hingga bunyi. Jangan buru-buru keluar dari jangkauan kamera dan biarkan kamera merekam Clapperboard yang tertutup kurang lebih 1 detik. Setelahnya, keluar dan sembunyilah.

Asisten sutradara akan memberi aba-aba “ACTION!” yang mengartikan bahwa pemain boleh memulai adegan.

Baca juga: Tips Videografi untuk Pemula Menjadi Profesional

3. Sinkronisasi Gambar dan Suara

Ketika kamu merekam menggunakan mic internal kamera, gambar dan suara tentu akan selaras. Ini dikarenakan keduanya direkam pada pita yang sama. Namun bajalan lain ceritanya ketika kamu shooting menggunakan perangkat kamera dan audio yang terpisah. Sehingga gambar dan suaranya pun direkam di dalam perangkat yang berbeda.

Clapperboard akan berguna banget untuk kamu yang shooting dengan menggunakan mic eksternal. Bunyi “Ctak!” yang terekam di mic internal kamera dengan yang terekam di mic eksternal bisa digunakan untuk menyelaraskan gambar dan suara.

Ketika editor melakukan penyuntingan gambar, ia tinggal menjajarkan kedua file audio. Karena bunyi hantaman Clapperboard yang sangat kencang akan terekam. Jadi editor langsung tahu bagian mana yang ada bunyi “Clap!”. Gambar dan suara jadi sinkron deh.

4. Untuk Mengorganisir Data Hasil Shooting

Saat proses shooting, Clapperboard direkam tepat ketika kamera rolling. Kemudian clapper menulis adegan dan take mana saja yang dipilih oleh sutradara berdasarkan data yang tercatat di papan. Catatan ini diberikan kepada video editor.

Ketika video editor hendak melihat hasil footage shooting, tidak perlu lagi untuk melakukan pengecekkan satu-satu video yang akan ia kerjakan. Ini dikarenakan data adegan yang ditulis di papan sudah muncul di thumbnail video.

Selain itu, video editor lebih mudah untuk mengorganisir data hasil shooting dengan cara membaginya ke dalam folder sesuai scene dan shot adegan. Praktis banget bukan?

Itu dia penjelasan lengkap terkait dengan penggunaan clapperboard yang bisa membantu menambah pengetahuan kamu yang ingin terjun di dunia perfilman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Info Harga Promo