Strobist adalah teknik memotret dengan melepaskan flash dari body kamera lalu ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan dihubungkan dengan sinyal triger. Lebih murah dan efisien karena cukup menggunakan baterai AA sehingga bisa digunakan di lokasi pemotretan tanpa perlu colokan listrik.
Itulah kenapa, teknik ini semakin populer dalam 2 hingga 3 tahun belakangan karena teknologi digital sudah sangat mendukung. Apalagi dengan melihat hasilnya yang tidak kalah dari lampu ‘betulan’ yang besar dan berat.
Peralatan Penunjang
Hal pertama yang harus dilakukan tentu saja membeli peralatan penunjang utama yaitu flash, triger dan lightstand. Sementara untuk payung, softbox, dan flash kedua adalah sebuah pilihan, bergantung pada kebutuhan foto itu sendiri.
Flash ini diperlukan untuk membuat cahaya rekayasa, baik sebagai sumber utama atau cahaya pendukung jika pemotretan dilakukan di bawah sinar matahari yang terik. Banyak atau sedikitnya flash yang digunakan tergantung pada kebutuhan foto.
Triger digunakan untuk menghubungkan sinyal daribody ke flash yang sudah ditempatkan jauh dari kamera. Pada merek beberapa kamera, sudah dutanam pemantik khusus sehingga tidak memerlukan triger tambahan. Ada baiknya untuk kamu membaca terlebih dahulu manual, apakah kamera mu sudah terpasang triger atau belum.
Lightstand atau tiang penopang sebenarnya bisa kamu abaikan jika menemukan tempat pengganti yang memungkinkan untuk menaruh flash sesuai dengan keinginan, seperti di atas lemari atau meja.
Tapi pada praktiknya, tempat yang memungkinkan ini sulit dijumpai. Solusinya adalah meminta teman untuk memegangkan flash. Kalau memang sendiri, mau tidak mau kamu membutuhkan lightstand. Supaya lebih aman, lebih baik untuk memiliki setidaknya satu lightstand untuk hasil yang maksimal.
Selain peralatan yang sudah dibicarakan, ada peralatan pendukung lainnya seperti payung, softbox atau flash kedua, ketiga, dan seterusnya. Peralatan pendukung ini bisa diabaikan atau justru sangat diperlukan tergantung dari kebutuhan.
Setting Kamera di Mode Manual
Kedua adalah setting kamera ditempatkan pada mode M atau manual. Kenapa? Karena dengan mode manual, intensitas yang masuk ke kamera dan kecepatan kamera bisa dimainkan secara maksimal. Hasilnya adalah, bisa menghasilkan efek bayangan yang berbeda-beda dan dicocokkan dengan kebutuhan.
Untuk ISO, lebih baik menggunakan ISO rendah yaitu diantara 100 hingga 400. Bukan karena ISO tinggi tidak bagus, melainkan ISO rendah adalah yang paling ideal untuk foto menggunakan tata lampu yang terukur.
Untuk ukuran kualitas dari gambar, perbanyak menggunakan ukuran Large (L) atau dalam beberapa kasus, tidak ada salahnya menggunakan RAW. Menggunakan resolusi terbaik dari kamera sehingga memungkinkan hasilnya lebih maksimal dan meminimalisir kekurangan data gambar yang dihasilkan.
Penempatan Lampu Flash
Pakem standar memotret dengan lampu yaitu lampu utama ditempatkan di atas jidat supaya menyerong seperti cahaya matahari sekitar 40 derajat. Penempatan tersebut untuk menghasilkan bayangan paling alamiah dan paling populer untuk digunakan.
Tapi perlu diingat ya, bahwa itu adalah panduan dasarnya saja. Di prakteknya, lampu utama bisa ditempatkan di mana saja sesuai dengan kebutuhan fotografi. Bisa ditempatkan di atas frontal, di samping atau dari belakang subjek. Semua itu berdasarkan kebutuhan dan imajinasi sang fotografer hendak membuat foto yang seperti apa.
Setting Lampu
Di beberapa merek, terdapat mode flash otomatis atau manual. Ada baiknya untuk menggunakan mode manual di seting lampu flash. Karena, intensitas cahaya bisa lebih mudah dikontrol dan disesuaikan dengan kebutuhan.
Semua bisa disesuaikan di lapangan yaitu dengan tes lighting terlebih dahulu. Juga trial error sederhana ketika memulai pemotretan.
Baca juga: Teknik Pencahayaan Fotografi Studio
Itu dia 4 langkah yang bisa dilakukan untuk Memotret Foto Strobist. Semoga kamu yang masih bingung dengan bagaimana caranya bisa terbantu setelah membaca artikel yang ada di atas.
