Sebenarnya apa yang selama ini kita sebut film atau video itu, adalah kumpulan gambar. Kumpulan gambar yang terlihat realistik dan bisa dipercaya, yang ketika semakin banyak gambar dan semakin cepat transisi antara satu gambar dengan gambar berikutnya, semakin nyata gerakan dari gambar-gambar tadi.
Nah, pada kesempatan kali ini kita akan ngebahas soal kumpulan gambar dan transisi ini, yang seringkali dibungkus dengan istilah “frame rates”. Kita akan coba telaah apa sih sebenarnya frame rates itu dan bagaimana efeknya.
Pengertian Frame Rate
Jika kamu mengerti bagaimana proyektor film bekerja, sebenarnya itu sudah mirip seperti yang sudah kamu duga: Ada roll yang isinya film panjang, sisinya gambar-gambar semua, mulai dari scene pertama hingga credit.
Tapi yang mesti dimengerti di sini adalah, satu frame adalah satu gambar statis, kemudian frame-frame tadi diputar (dan disinari ke arah layar) dengan cepat sehingga waktu kita lagi nonton di bioskop kesannya seperti nonton video. Nah seberapa cepat frame-frame tadi diputar ada ukurannya yang biasa disebut dengan frame rates, dan satuannya adalah frame per second.
Sederhananya, frame rates adalah ukuran kecepatan frame/gambar yang ditunjukkan per detiknya, satuannya frame per second (fps).
Frame Rates Dicerna oleh Mata
Mata manusia itu mampu untuk membedakan antara gambar satu dengan gambar lainnya ketika kumpulan gambar tadi hanya diputar dengan kecepatan dibawah 10-12 fps. Otak kita masih bisa mengenali frame-frame tadi sebagai gambar statis yang ditampilkan secara bergantian, bukan sebagai animasi yang halus tanpa patah-patah.
Namun begitu frame rates nya menginjak angka 18-26 fps, otak akan mulai susah membedakan per masing-masing gambarnya, dan membuat kita berpikir itu adalah benar-benar “gambar bergerak”.
Jadi jika frame rate terlalu pelan, pergerakan jadi terkesan patah-patah, tapi jika terlalu cepat juga ada masalah. Film live-action jika direkam di 48 fps cenderung terkesan terlalu 3D, terlalu nyata, jadi terkesan seperti opera sabun.
Kita sudah terlalu biasa dengan frame rates 24 fps pada film-film, hasilnya ketika The Hobbit awal release dengan settingan 48 fps-nya, malah banyak yang mengkritik filmnya terkesan seperti video amatir. Video detail dan terasa nyata sekali sehingga orang terbayang seperti melihat rekaman video sendiri yang mereka merekam menggunakan handycam.
Apa yang membuat film The Hobbit dan video dengan frame rate tinggi lainnya terkesan nyata?
Alasan teknisnya adalah “Motion Blur”.
Secara sederhana, motion blur adalah hilangnya detail ketika kita melihat sesuatu yang bergerak dengan sangat cepat. Hal ini tidak lain karena mata kita hanya memiliki area fokus yang terbatas. Ketika kita melihat objek yang diem, atau ketika melihat objek yang bergerak pelan dimana mata kita masih bisa mengikuti gerakannya, kita bisa melihat dengan jelas tanpa kehilangan detail visual sedikit pun.
Tapi lain halnya jika kita melihat mobil yang bergerak cepat, yang sampai-sampai kita sudah menoleh dengan cepat tapi kita masih tidak bisa mengimbangi kecepatan mobil tadi, maka terciptalah motion blur.
Di dunia film, motion blur muncul karena kita melihat sekumpulan gambar yang ditayangkan dalam waktu yang singkat. Untuk sebuah film yang dimainkan di frame rates 25 fps, maka setiap framenya hanya akan muncul di depan mata kita untuk 40 milisecond (1/25 detik), kemudian ada sepersekian detik lagi untuk jeda dan diikuti oleh frame yang baru.
Nah jika kumpulan gambar tadi menunjukkan orang yang sedang berlari, maka video yang direkam langsung menggunakan settingan 24/25 fps bisa kita gambarkan seperti berikut:
Frame 1: Kaki lurus ke bawah
Frame 2: Kaki diangkat sambil ditekuk untuk melangkah ke depan
Frame 3: Kaki lurus tapi menapak ke depan
Nah karena masing-masing frame hanya mendapatkan jatah 40 milisecond, pergerakkan dari kaki lurus ke bawah dan kaki lurus ke depan terlalu singkat jadilah motion blur.
Berbeda dengan video yang direkam dengan settingan 48 fps, bisa jadi sebelum frame 1 ke frame 2, ada beberapa frame-frame lain yang menggambarkan bagaimana kaki diangkat pelan-pelan ke atas. Jadi untuk menggambarkan dari kaki lurus di bawah ke kaki menapak ke depan bisa-bisa membutuhkan 10 frame.
Itu artinya dalam waktu yang sama kita akan melihat lebih banyak frame dibandingkan video 24 fps, akan ada lebih banyak detail, dan alhasil tidak akan ada lagi gerakan yang terlalu cepat. Motion blur jadi hilang karena kita melihat lebih banyak detail dari tambahan frame, dan scene-nya jadi terkesan nyata sekali. Inilah yang terjadi pada The Hobbit tadi.
Standar film sekarang adalah direkam dengan settingan 24 fps. Tapi sebenarnya mata kita jelas bisa mencerna scene dengan frame rates lebih tinggi, hanya saja seperti kasus The Hobbit, ya kesannya jadi tidak seperti film pada umumnya gitu.
Paling Bagus Merekam di Frame Rates Berapa?
Sebenarnya merekam pakai 120 fps pun tidak masalah. Karena ngerekam menggunakan frame rates tinggi juga banyak keuntungannya.
Pertama adalah soal slowmotion. Dengan merekam pada frame rates di atas 90 fps, kita bisa mendapatkan scene ala slow motion tanpa harus terlihat patah-patah. Jujur zaman sekarang, kita pasti membutuhkan momen-momen yang seperti ini, yang lebih bagus ketika dijadikan slow-mo.
Kemudian yang kedua adalah dalam merekam olahraga. Saat ini jika kalian seperti saya yang suka nonton highlight NBA dan sepakbola di Youtube, pasti lebih suka jika ada yang upload di resolusi HD 60fps, iya nggak?
Tampilan jadi lebih bagus lebih detail, dan tidak terkesan lambat banget kayak slow mo, jadi mungkin 60 fps adalah standar bagus untuk video karena tidak terlalu cepat hingga ada motion blur yang parah dan tidak terlalu lambat.
Sejauh ini menonton video yang 60fps baru enak jika nonton aktivitas sporty karena gerakan-gerakan mereka yang real. Beberapa channel olahraga malah sudah menyiarkan pertandingan dengan settingan 60 fps.
Sebaiknya coba bayangkan nonton music video Youtube yang 60fps, ada tidak? Jarang kan? Jika ada coba tonton, nyaman tidak kamu melihatnya?
Ini merupakan efek yang sama seperti The Hobbit tadi. Belum banyak music video yang dimainkan dari hasil rekaman 60fps, jadi ketika kita menontonnya terasa tidak nyaman karena “tidak biasa”.
Intinya frame rate tinggi baik karena membuat video terkesan lebih nyata, tapi ketika digunakan untuk merekam sesuatu yang “tidak nyata” jadi membuat scene itu lebih “tidak nyata”.
Itu dia penjelasan tentang frame rate atau fps itu sangat penting di dalam sebuah video. Semoga kamu yang sedang mencari informasinya bisa terbantu setelah membaca artikel yang ada di atas.