Mari Mengenal Fotografi Kubisme

Fotografi Kubisme

Bosan bisa membuat seseorang untuk menjelajahi hal lainnya. Itulah yang terjadi pada diri seorang fotografer bernama Aji Wihardandi hingga menemukan keasikan tersendiri dengan fotografi kubisme.

Fotografi kubisme ini adalah sebuah upaya menghadirkan kejutan melalui proses pemotretan yang berulang kali pada sebuah bidang kecil dalam sebuah lanskap yang luas.

Banyak ketidaksempurnaan yang kita dapatkan, terutama ketika kita merekam subjek yang penuh dengan keramaian seperti pasar, misalnya. Dengan menggunakan pola pengambilan gambar di bidang-bidang kecil ini, setiap subjek yang terekam dalam detik itu akan sangat berbeda dengan detik berikutnya. Potongan-potongan inilah yang akan menjadi sebuah cerita, dan memperkaya rentang waktu dan ruang yang kita rekam saat itu.

Fotografi kubisme ini sangat menarik jika diterapkan saat memotret bangunan yang memiliki ciri khas atau keramaian. Semakin ramai, semakin sulit dan menarik, hasil yang didapatkan akan semakin tidak terduga.

Foto-foto yang dihasilkan juga akan memiliki distorsi yang unik karena tingkat kelebaran yang tidak biasa, dan memiliki karakter yang berbeda dari foto-foto lebar yang dihasilkan lensa ultra-wide atau fish-eye. Kita bahkan perlu berpikir keras untuk menyambung setiap potong dan bagian dari foto yang dimiliki, untuk menjadi sebuah kesatuan yang utuh. Inilah keunikan fotografi kubisme yang dinanti-nanti.

Tips Mengambil Fotografi Kubisme, Gunakan Tripod Kokoh

Proses produksi biasanya dilakukan dengan pemilihan subyek yang sangat khas dan memiliki keunikan tersendiri. Konsep foto yang dibuat akan menentukan hasil akhirnya. Misalnya, ketika memotret Plengkung Gading di Alun-alun Selatan Yogyakarta, konsep keluasan dan ekspos terhadap trotoar merah menjadi foto ini tampak begitu lebar dan memiliki distorsi yang unik. Sementara, beberapa kendaraan yang lewat hanya menjadi aksentuasi belaka.

Tripod yang kokoh menjadi sentral dalam produksi foto kubisme. Sedikit pun tripod tidak boleh bergerak dan bergeser, baik di posisi maupun ketinggiannya pada saat kita memotret. Sekali kita menggeser posisi atau mengatur ulang ketinggiannya, maka foto awal yang diambil akan sulit disatukan.

Gunakan Focal Length Tetap Ketika Memotret Kubisme

Begitu pula dengan focal length lensa. Disarankan menggunakan lensa fix supaya focal length tidak bergeser/berubah, perlu hati-hati bila kita menggunakan lensa zoom, jangan samapai focal length-nya berubah ketika pengambilan gambar. Jika kita sejak awal menggunakan focal length 70mm, maka seluruh foro yang diambil harus menggunakan rentang yang sama.

Ini dimaksudkan untuk memberikan rasio yang sama antara gambar yang satu dengan lainnya, sehingga lebih mudah untuk disatukan. Focal length ini juga memberikan luas cukupan setiap gambar yang diambil. Semakin lebar lensa, semakin sedikit foto yang dibutuhkan untuk membuat foto kubisme, dan sebaliknya.

Fotografi Kubisme Tak Ada Batas

Berapa banyak foto yang dibutuhkan untuk membuat sebuah karya foto kubisme? Tak bisa dipastikan. Foto kubisme tidak ditentukan oleh jumlah foto yang diambil, tapi oleh konsep yang ditentukan sejak awal.

Kadang kita hanya perlu sekitar 5-10 foto untuk merekam sebuah ruang kecil dalam rentang yang sempit. Tapi kali ini, kita akan menghabiskan hingga lebih dari 1500 jepretan untuk merampungkan sebuah frame utuh, bahkan bisa saja lebih dari itu. Tak ada batasan dalam hal jumlah foto.

Menata Foto Secara Manual

Menyatukan ratusan, bahkan ribuan foto adalah hal yang menyenangkan. Penggunaan Adobe Photoshop ditujukan untuk membuka sebuah kanvas putih besar, yang akan menampung semua foto menjadi sebuah foto yang ditata satu demi satu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Info Harga Promo