Jika kamu masih baru ingin mendalami hobi fotografi, terdapat beberapa pelajaran penting yang harus dipelajari terlebih dahulu. Mungin hal yang sering kamu dengar adalah ISO dan shutter speed, padahal ada satu lagi yang harus diketahui, yaitu Aperture. Merupakan salah satu dari tiga pilar yang harus dipahami ketika akan menekuni bidang fotografi.
Tidak dapat diragukan lagi bahwa memahami dengan baik dan benar dapat menambah daya tarik untuk hasil foto kita, karena hal ini bisa menambahkan dimensi pada sebuah foto dengan mengaburkan latar belakang agar subjek pemotretan menjadi fokus.
Itulah kenapa, memiliki pemahaman yang benar bisa memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi setiap fotografer dalam menghasilkan gambar yang berkualitas.
Pengertian Aperture
Secara sederhana, aperture adalah bukaan pada lensa kamera yang memungkinkan cahaya melintas menuju sensor kamera. Bukaan pada lensa kamera akan melebar sehingga cahaya bisa masuk lebih banyak dan dapat berkontribusi saat melakukan pemotretan di waktu siang dimana kondisi tempat pemotretan terang. Hal ini adalah hal yang dipikirkan pertama kali oleh setiap fotografer saat akan melakukan penyesuaian dengan Depth of Field.
Depth of Field sendiri adalah jarak antara benda terdekat dan terjauh dalam sebuah foto yang tampak tajam.
Ukuran Aperture
Titik lensa yang mengendalikan ukuran (diameter) bukaan lensa pada kamera disebut “Diafragma”. Tujuan dari diafragma ini adalah untuk memblokir atau menghentikan semua cahaya yang masuk, kecuali cahaya yang menembus aperture.
Di dunia fotografi, aperture ini lebih dikenal dengan huruf F (misalnya f/5.6). Huruf F yang dikenal dengan “F-stop“, hal ini merupakan cara untuk menggambarkan ukuran atau seberapa terbuka atau tertutupnya sebuah aperture.
Semakin kecil F-stop, maka semakin besar bukaan pada lensa, sementara F-stop yang lebih besar, berarti memiliki bukaan yang lebih kecil. Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa hal ini aneh, karena biasanya jika nilainya besar, berarti akan mewakili nilai yang besar pula, tapi pada kasus ini berbeda. Contohnya f/1.4 berarti lebih besar dari f/2.0 dan jauh lebih besar lagi dari f/8.0.
Aperture besar yang terhubung dengan F-stop kecil akan menghasilkan Depth of Field yang kurang tajam. Pada sisi lain, F-stop besar akan menghasilkan gambar dengan depth of field yang bagus dan tajam.
Maximum dan Minimum Aperture Lensa
Setelah mengetahui cara membaca ukuran dari aperture pada lensa, sekarang kita akan membahas ukuran maximum dan minimum aperture pada lensa.
Setiap lensa memiliki batasan seberapa besar atau kecil aperture bisa didapatkan. Sebaiknya perhatikan terlebih dahulu berapa jumlah maximum (f angka terendah) dan minimum (f angka tertinggi) lensa kamera kamu. Maximum aperture lensa jauh lebih penting dibandingkan minimum, karena menunjukkan kecepatan lensa.
Lensa dengan aperture f/1.2 dan f/1.4 dianggap sebagai lensa yang cepat, karena bisa melalui banyak cahaya daripada lensa dengan aperture f/4.0. Itulah kenapa, lensa dengan aperture yang besar lebih cocok untuk fotografi dengan cahaya yang rendah. Aperture minimum tidak terlalu penting pada lensa, karena saat ini hampir setiap kamera setidaknya bisa memberikan f/16 sebagai aperture minimum dimana sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan fotografi sehari-hari.
Baca juga: Sebelum Beli, Pahami Dulu Kelebihan dan Kekurangan Kamera DSLR
Itu dia penjelasan lengkap seputar Aperture dalam Fotografi. Semoga kamu yang sedang belajar dan ingin menjadi fotografer profesional bisa terbantu setelah membaca artikel yang ada diatas. Sedang cari Fotografer Bandung Profesional? Tokofoto.co adalah jawaban tepat untuk menjadi partner kamu untuk mengabadikan momen berharga. Hubungi kontak yang tersedia untuk informasi lebih lanjut.